Misteri kematian Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J mulai menemukan titik terang. Sejumlah saksi dihadirkan dalam persidangan PN Jakarta Selatan.
Terdakwa pembunuhan Yosua adalah Ferdy Sambo (otak kejahatan), Bharada E atau Richard Eliezer (ajudan Sambo), Bripka RR atau Ricky Rizal (ajudan Sambo), Kuat Ma'ruf (asisten keluarga Sambo), dan Putri Candrawathi (istri Sambo).
Yang paling epik dari persidangan Yosua, adalah momen di mana saksi petugas ambulance bernama Ahmad Syahrul Ramadhan, menceritakan kesaksiannya ketika menjemput jenazah Brigadir Yosua, di rumah dinas polri Duren Tiga milik Ferdy Sambo. Banyak fakta baru yang terbongkar lewat pengakuan Ahmad.
Selain Ahmad, salah satu saksi yang dinilai dapat memecahkan misteri kematian Yosua adalah dokter yang pertama kali melakukan otopsi.
Baca Juga:Sinopsis Drama Korea Reborn Rich Episode 2: Song Joong Ki Siap Balas Dendam
Sayangnya, dokter tersebut tak pernah muncul sampai sekarang. Batang hidungnya pun tidak pernah terlihat. Begitu pula di pengadilan, sosoknya tidak pernah dipanggil untuk menjadi saksi.
Hal tersebut menjadi pertanyaan besar bagi Soleman B. Ponto, mantan Kepala Badan Intelijen Strategi TNI saat hadir dalam podcast milik Uya Kuya.
"Jangan-jangan dokter ini juga termasuk (yang menghalang-halangi) pengungkapan kematian Yosua," katanya dikutip dari Kanal Youtube Uya Kuya TV pada Senin, (21/11/2022).
Menurut dia sebagai mantan Intelijen, dokter tersebut diduga kuat memegang kunci penting.
"Padahal dia (dokter) yang memegang kunci penting. Dan jalurnya sudah dibuka lewat jalur sopir ambulance," tuturnya.
Baca Juga:Bank BJB Dukung Penyelenggaraan Jabar International Marathon 2022
Purnawirawan TNI AL menilai bahwa saksi yang dihadirkan selain supir ambulance terlihat masih menutup-nutupi kebenaran. Menurut dia, hal itu menjadi kewajaran sebab mereka berada di lingkaran organisasi.
"Supir ambulan satu satunya saksi pertama yang jujur. Yang lain masih menjaga organisasi. Sopir ini kan lepas," ucap Soleman.